Akui Lakukan Plagiasi, Afi Nihaya Faradisa Minta Maaf

by - 15.54


Setelah diterpa kabar plagiasi, Aya Firda Inayah, atau yang lebih dikenal dengan nama pena Afi Nihaya Faradisa angkat bicara terkait hal itu.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Afi dituduh menjiplak tulisan dari akun Facebook bernama Mita Handayani.

Tulisan Afi yang berjudul 'Belas Kasih Dalam Agama' yang diunggah pada 25 Mei 2017, dikatakan serupa dengan tulisan akun Facebook Mita Handayani yang berjudul 'Agama Kasih' yang diunggah pada 30 Juni 2016.

Afi sempat sedih dan membantah isu plagiarisme tersebut saat dirinya diwawancarai oleh Kompas TV di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat pada, Kamis (1/6/2017).

Saat diberitahu tulisannya disebut-sebut menjiplak karya Mita Handayani, mata Afi mulai berkaca-kaca.
Kendati demikian, remaja 18 tahun ini menjawab dengan tegas.

"Mita Handayani, minta konfirmasi aja sama akun Mita Handayani," kata Afi.

Namun, semakin banyaknya tekanan dari publik yang terus mengatakan dirinya telah melakukan plagiasi, Afi pun kembali angkat bicara.

Ia jengah dengan bully-an dan caci maki yang ia dapat terkait masalah plagiarisme ini, terlebih kedua orang tuanya pun mengetahui badai yang tengah dihadapi oleh anaknya ini.

Siswa kelasIII SMA Negeri 1 Gambirang, Banyuwangi, Jawa Timur ini mengaku sedih ketika kedua orang tuanya terluka karena ketika anaknya terus dihujat dan dicaci maki oleh masyarakat luas.

Ia kembali mengungkapkannya melalui tulisan yang ia unggah di akun Facebook-nya pada seperti yang dikutip dari tribunnews

Melalui tulisannya tersebut menceritakan dirinya yang tengah ramai di-bully dan tangisnya yang pecah karena kesedihan orang tuanya bahkan ia juga mengaku pernah melakukan plagiasi.




"Ayah tahu kamu hanya berusaha untuk melakukan banyak hal pada orang lain, seperti nama yang ayah berikan padamu: inayah", begitulah ayahku memulai percakapan kemarin.

"Tapi jika kamu malah menerima 'kehancuran' sebagai balasan atas semua hal yang selama ini sudah kamu lakukan, maka berhentilah.

Biarkan saja. Apa yang bisa kamu harapkan lagi ketika ketulusan dan kepedulianmu ramai-ramai diludahi?"

Seketika tangisku pecah.

Aku sendiri tahan dibully dan dicaci maki, tapi ketika orangtuaku mengetahuinya, mereka adalah orang pertama yang paling terluka.

Seperti ayahku, mungkin aku juga sama seandainya aku sudah jadi seorang ibu.
Kurasa semua orang tua juga begitu.

Maka, aku bersumpah takkan melakukan sesuatu pada anak orang lain jika aku sendiri tidak mau hal itu terjadi pada anakku.

Hanya orangtuaku, hanya mereka lah yang tetap menyayangiku entah aku menulis atau tidak, entah aku pintar atau bodoh, entah aku sempurna atau cacat.

Aku tahan jika pun diserang habis-habisan, tapi aku tak tahan melihat orangtuaku bersedih karena hal itu.

Maka, aku sempat menutup akun ini selama sehari.

Apakah aku pernah melakukan plagiasi? Ya.

Kita semua pernah.

Siapa yang tidak pernah melakukannya? Mulai dari tugas sekolah sejak SD, makalah kuliah, ujian, sampai caption foto di media sosial.

Kalaupun kita mengklaim punya hak cipta atas suatu gagasan yang brilian, maka gagasan tersebut tetaplah akumulasi dari segala hal yang berhasil kita serap sehari-hari.

Tak ada gagasan yang benar-benar murni, asli.

Kebetulan saja hanya aku yang tersorot, karena WARISAN sangat viral.

Media serta orang-orang yang bahkan tidak pernah mengenalku sama sekali secara tiba-tiba memuji dan memaki, mengagumi dan membenci.

Mereka mulai menelisik segala hal tentang gadis 18 tahun ini, mencari dengan sedetil-detilnya apa yang ada di sana.

Aku tahu, terhadap WARISAN, begitu banyak orang yang tidak sepaham.

Akunku sempat mati karena dilaporkan massal, pemiliknya pun diancam akan dimatikan.

Akhirnya sekarang mereka menemukan amunisi yang tepat untuk melampiaskan kebencian, untuk menghujamku dalam-dalam.

Tanpa mengesampingkan apa-apa, SATU kelemahan yang tidak menyakiti siapapun kemudian menjadi masalah besar yang lebih penting untuk diurusi daripada memperbaiki hidup mereka sendiri.

Tapi, terlepas dari semuanya, Afi tetaplah Afi, anak yang sudah menulis diary sejak SD, menulis artikel dan berbicara di depan publik sejak SMP, dan tidak hanya suka membaca buku-buku pelajaran saja.

Aku bisa kehilangan apapun, tapi aku tidak akan pernah kehilangan diriku.

Orang-orang yang mengikuti akunku sejak lama pasti tahu, aku hanya mencoba melakukan segala hal yang bisa kulakukan untuk berkontribusi bagi negara ini.

Melalui pena dan sosial media, aku hanya berharap bisa memberikan manfaat bagi pembaca, bagi Anda semua.

I'm sorry, I'm not perfect.

And I will never be"
tulis Afi pada tulisannya kali ini yang tak berjudul.

     Tulisan ini kembali viral di media sosial dan tentunya menjadi sorotan netizen. Meski dikatakan dirinya banyak yang mem-bully, namun dalam kolom komentar Facebook Afi, ditemukan banyak dukungan yang mengalir untuknya.

"Saya sudah mengenalmu jauh sebelum dirimu disorot media, dik.
Dan aku akan sellau mendukung setiap langkahmu bahkan ketika semua orang meninggalkanmu. Fighting Afi!" tulis akun Khaerul Asnan Petta Taro.

"Saya jadi malu sama kamu.
Seusia kamu, saya belum bisa menulis seperti kamu.
Saya mungkin masih berhaha hihi dengan teman-teman" tulis akun Muji Purnomo.

You May Also Like

0 komentar