Pengalaman pertama pakai softlens

by - 15.43

     Waktu masih SMP dlu, aku sudah mengenal yang namanya komputer dan memainkannya secara berlebihan hingga lupa waktu. Aku nggak sadar kalau penglihatanku akhirnya bermasalah. Kalau misalnya ngelihat suatu objek atau tulisan yang agak jauh terasa blur/samar-samar, Kalau di kelas, mau menyalin apa yang ditulis guru di papan tulis, aku juga harus maju-maju ke depan. Tapi saking awamnya, aku nggak paham kalau mataku itu ‘tidak normal’.

Akhirnya kelas 3 SMP, aku diajak ibuku ke optik untuk memeriksa mataku. Ternyata minusku cukup besar, mata kiri 2,25 dan mata kanan 2,75. Waktu kacamataku sudah jadi, ibuku ingat betul aku bilang, “Wah dunia berasa jelas sekali…” Hiks.

Sejak saat itu, aku nggak pernah lepas dari kacamata. Eh ya kalau mandi dan tidur lepas sih, tapi kalau di rumah nggak ngapa-ngapain pun tetap pakai. Nggak terasa, sudah beberapa tahun lebih aku pakai kacamata, dan minusnya pun terus bertambah. Sekarang mataku berminus sekitar enam dan silinder pula.
Sekitar seminggu yang lalu, aku pergi ke optik untuk mencoba (trial experience) softlens. Softlens yang bakal aku pakai adalah 1-Day Acuvue Define. Karena ini pengalaman pertamaku banget pakai softlens, aku kira kalau memesan softlens itu yang dilihat ukuran mata aja, trus udah aja. Kayak pesan kacamata gitu. Ternyata enggak!

Pertama, mas optik akan menanyakan kepada kita berapa minus mata kita, atau kalau kita nggak tahu, berikan saja kacamata kita ke masnya. Hahaha itu yang aku lakukan. Kemudian, akan ditanyakan juga apakah mata kita pernah iritasi atau tidak. Juga ditanyakan bagaimana gaya hidup kita sehari-hari apakah banyak di luar atau di dalam ruangan.

Selanjutnya, mas-mas optik akan memeriksa mata kita menggunakan alat mirip autorefraktometer yang untuk memeriksa ukuran mata. Aku juga kurang paham, tapi masnya bisa melihat pembuluh darah mata kita gimana, tak lupa dilihat arah tumbuh bulu mata. Karena rupanya berpengaruh! Sebagian orang memiliki arah tumbuh bulu mata ke arah dalam yang nantinya akan mengakibatkan iritasi apabila menggunakan softlens. Alhamdulillah bulu mataku normal saja~

Baru selanjutnya diperiksa ukuran matanya menggunakan autorefraktometer, atau yang lebih sering disebut dengan ‘komputer’ saja. Hasilnya tercetak dalam bentuk slip. Kemudian, aku digiring ke ruangan khusus untuk memeriksa mata manual, yang mana kita dicobain lensa berbagai ukuran, untuk mencocokkan kita enaknya pakai ukuran yang mana. Dari hasil pemeriksaan, aku akan menggunakan softlens ukuran minus enam untuk kedua mata.

Karena ini pengalaman pertamaku, aku minta tolong mas optiknya. Pas udah terpakai, wihhh keren banget, nggak pakai kacamata tapi ngelihat jadi jelas. Kepala pun rasanya enteng, bahkan aku kelupaan kalau pakai softlens, trus malah pakai kacamata dan… .. kabur. Oh ya, kan udah pakai softlens! *bego*

Setelah 10 menit menggunakan, mataku tidak mengalami kemerahan, tidak berasa kering, dan tidak kenapa-kenapa. Berarti mataku tidak masalah untuk pakai softlens, horeee!

You May Also Like

0 komentar